Minggu, 22 Desember 2013

artikel daun


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
FOLIUM (DAUN)



Disusun oleh :
Asep pranata
              Kelas : B3 Kelompok

Dosen Pembimbing :
1.          Luky Dharmayanti, S.Farm.Apt
2.        Linda Rahmayanti, A.Md.Far


AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU
T.A. 2013/2014



TINJAUAN PUSTAKA
DAUN (FOLIUM)

A.    PENGERTIAN SIMPLISIA
SIMPLISIA, adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
BAHAN ALAMIAH : 
1. BAHAN NABATI, FLORA, TUMBUHAN.
2. BAHAN HEWANI, FAUNA.
3. BAHAN MINERAL.

1. BAHAN NABATI
Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
EKSUDAT, isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.
2. BAHAN HEWANI
Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. BAHAN MINERAL
Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

SUMBER SIMPLSIA
1. TUMBUHAN LIAR
   - Kerugian:
a. umur dan bagian tanaman
 b. jenis (species)
 c. lingkungan tempat tumbuh
   - Keuntungan : ekonomis
2. TANAMAN BUDIDAYA (tumpangsari, TOGA, perkebunan)
- Keuntungan :
a. bibit unggul
 b. pengolahan pascapanen
 c. tempat tumbuh
   - Kerugian :
a. tanaman man
b. residu pestisida  

SYARAT SIMPLISIA NABATI/HEWANI
1. Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan
2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna
3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun jukkan tanda-tanda pengotoran lain
4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya
5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%
PELIKAN : Harus bebas dari pengotoran tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya 
Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:
1.   Pengeringan
2.   Fermentasi
3.   Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)
4.   Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)
Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:
·      Bagian tanaman yang digunakan
·      Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
·      Waktu panen
·      Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang
3.   Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang    melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali
4. Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang
PENGERTIAN DAUN (FOLIUM)
Daun merupakan salah satu organtumbuhan yang tumbuh dari ranting, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimia.

Ø  Morfologi

Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).

Ø  Fungsi Daun :
  • Sebagai alat pengambilan zat-zat makanan (resorbsi)
  • Sebagai alat pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)
  • Penguapan air (transpirasi)

Ø  Pernafasan (respirasi)

Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi
Ø  Diagram anatomi bagian dalam daun.

·         Epidermis

Epidermis pada daun merupakan lapisan sel hidup terluar. Jaringan ini terbagi menjadi epidermis atas dan epidermis bawah, berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya.

·         Jaringan mesofil

Jaringan Tiang, jaringan ini mengandung banyak kloroplas yang berfungsi dalam proses pembuatan makanan. Salah satu ciri-ciri jaringan ini adalah Sel-sel berbentuk silinder, dan tersusun rapat

·         Jaringan bunga karang

Disebut juga jaringan spons karena lebih berongga bila dibandingkan dengan jaringan palisade, berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.

·         Berkas pembuluh angkut

Terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis, pada tumbuhan dikotil keduanya dipisahkan oleh kambium.
Pada akar, Xilem berfungsi mengangkut air dan mineral menuju daun. Pada batang, xilem berfungsi sebagai sponsor penegak tumbuhan
Floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan

·         Stomata

Stoma (jamak: stomata) berfungsi sebagai organrespirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernapas melalui lentisel yang terletak pada batang.













DAUN JAMBU BIJI (Psidium gujava L)
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/60/Psidium_guajava.jpg/220px-Psidium_guajava.jpg
  1. ASAL TUMBUHAN
Jambu biji berasal dari tanaman tropis yang berasal dari Brasil, disebarkan ke Indonesia melalui Thailand
  1. MONOGRAFI
Jambu batu (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu biji, jambu siki dan jambu klutuk
Jambu batu memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu batu dikenal mengandung banyak vitamin C.
 Beberapa macam/kultivar jambu biji dikenal di Indonesia, sebagian dikenal sejak lama, sebagian merupakan introduksi dari negara lain.
Jambu Biji Kristal Taiwan
Jambu Biji Kristal merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak, ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung -Taiwan. Diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik Taiwan. Jambu Kristal sebetulnya tidak benar-benar nirbiji, jumlah bijinya kurang dari 3% bagian buah, sepintas Jambu Biji Kristal hampir tidak berbiji.
Jambu tanjung barat memiliki dua varian: berdaging buah putih dan merah. Yang berdaging putih, dikenal sebagai jambu 'susu putih', lebih digemari karena rasanya manis, daging buahnya agak tebal, dan teksturnya lembut. Yang berdaging buah merah kurang disukai karena buahnya cepat membusuk dan rasanya kurang manis. Kulit buahnya tipis berwarna hijau kekuningan bila masak. Bentuk buahnya agak lonjong dengan bagian ujung membulat, sedangkan bagian pangkal meruncing. Jambu tanjung barat ini lebih dikenal sebagai jambu pasarminggu dan merupakan ras lokal.
Jambu biji getas merah adalah varian jambu biji yang berdaging hijau sampai kekuning kuningan dan berisi merah muda. Jambu ini beda dengan jambu pasar minggu, jambu ini bentuknya agak meonjong dan rasanya kurang manis, tetapi jambu ini memiliki hasiat yang baik karena mengandung Tanin, quersetin, glikosida quersetin, flavonoid, minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin yang lebih banyak. kelebihannya lagi jambu getas merah ini tidak mengenal musim, dan selalu berbuah setiap saat dan dan kebanyakan kikembangbiakkan dengan pencangkokan. jambu ini sudah banyak di budidayakan di daerah Kendal, asalnya dari Pageruyung Kendal.
Jambu biji australia diintroduksi dari Australia. Kekhasannya adalah daunnya berwarna merah keunguan. Walaupun buahnya dapat dimakan, biasanya orang menanam di pekarangan lebih sebagai tanaman hias. Buahnya manis bila sudah masak, tetapi tawar bila belum matang.
Kata "sukun" berarti "tidak berbiji". Jambu varietas unggul ini memang tidak memiliki biji; kalaupun ada hanya 2-3 biji. Daging buahnya putih kekuningan dengan rasa manis agak asam. Teksturnya agak keras, renyah, dan beraroma wangi. Bentuk buahnya mirip apel, dengan ukuran panjang antara 4-5 cm. Kulit buahnya bila matang berwarna hijau keputihan. Jambu sukun dapat berproduksi terus menerus sepanjang tahun, meskipun relatif sedikit dan buahnya berukuran kecil. Namun demikian, jenis jambu ini relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Namun ternyata jambu sukun jika pohonnya ditanaman dan berbuah didekat jambu biji maka akan cenderung berbiji kembali berbeda dengan jambu kristal.
Jambu bangkok merupakan sebutan untuk jambu biji dengan buah yang besar. Beberapa memang diintroduksi dari Thailand. Salah satunya adalah 'jambu sari'. Bentuk buahnya bulat sempurna dengan garis tengah sekitar 10cm. Ukuran buah mentahnya lebih besar daripada ketika matang.
Merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak,ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung-Taiwan.
Jambu Kristal diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik Taiwan. Jambu Kristal sebetulnya tidak benar–benar tanpa biji tetapi jumlah bijinya kurang dari 3 persen bagian buah. Selain jumlah bijinya nyaris nol, rasa buahnya pun manis, tekstur buahnya lembut tetapi renyah. Sebelum Jambu Kristal diperkenalkan di Indonesia sudah terlebih dahulu ditemukan jenis jambu tanpa biji lainnya yaitu jambu sukun. Kelompok tani jambu kristal yang berada di desa Cikarawang melalui pembinaan Institut Pertanian Bogor mengembangkan jenis jambu ini dan menganalisis prospek bisnisnya.
PERBANYAKAN
Buah jambu biji dijual di keranjang (bongsang)
Jambu dapat diperbanyak dengan biji. Namun demikian, perbanyakan dengan cara ini tidak disukai karena tumbuhannya lama menjadi dewasa dan juga akan berubah sifat dari induknya. Perbanyakan yang sekarang dilakukan adalah secara vegetatif, khususnya dengan cara pencangkokan

KEGUNAAN NON-PANGAN

Daun jambu biji dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus jambu biji "bangkok" juga dianggap berkasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam berdarah dengue. Daun jambu biji sudah dikenal sejak dahulu sebagai pencegah dan mengurangi diare. 3 helai jambu biji direbus dengan 2 gelas air putih lalu direbus,lalu disaring dan diminumkan pada orang yang terkena diare.

MANFAAT KONSUMSI

Buah jambu biji mengandung banyak vitamin dan serat, sehingga sangat cocok sekali dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Warna daging jambu biji yang merah mengidikasikan jambu biji kaya akan vitamin A untuk kesehatan mata dan antioksidan. Buah jambu biji sangat cocok sekali dikonsumsi di siang hari karena buahnya yang segar dan mendinginkan badan.

HAMA DAN PENYAKIT JAMBU BIJI
Organisme pengganggu tanaman (OPT) yang ditemukan pada pertanaman jambu biji adalah tungau (Acarina: Tetranychidae dan Mycobatidae), Valanga spp., Helopeltis sp., kepik penghisap pucuk (Hemiptera: Coreidae dan Tessaratomidae), Lawana candida, kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae)[1], Aphis gossypii, Icerya seychellarum, Coccus viridis, kututempurung hitam, Aspidiotus destructor, kutu perisai spesies 1, kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae), kumbang moncong (Coleoptera: Curculionidae), kumbang penggerek buah (Coleoptera: Nitidulidae), Bactrocera carambolae, ulat pucuk (Lepidoptera), ulat penggulung daun (Lepidoptera), Trabala spp., ulat api (Lepidoptera: Limacodidae), ulat penggerek batang (Lepidoptera: Metarbelidae), ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae), ulat penggerek buah (Lepidoptera: Pyralidae), dan Attacus atlas. OPT yang berpotensi sebagai hama penting yang menyebabkan kerugian secara langsung adalah lalat buah, ulat pucuk, kumbang penggerek buah, kutu putih [2], dan ulat penggerek buah. Namun OPT lainnya seperti Helopeltis sp., hama menusuk menghisap lain, dan hama menggigit-mengunyah juga berpotensi sebagai penyebab kehilangan hasil karena berpotensi dapat menyebarkan inokulum patogen di pertanaman. [3]
Penyakit yang ditemukan adalah penyakit antraknosa, bercak daun kelabu dan kanker buah Pestalotia, karat merah, busuk buah Botryodiplodia, penyakit layu, embun jelaga, bercak merah daun, dan kerusakan fisik mekanis pada buah. Budidaya yang dilakukan oleh petani di Rancabungur masih beragam. Pemupukan dan aplikasi pestisida yang dilakukan bergantung pada keadaan ekonomi petani. Pembungkusan buah merupakan salah satu pengelolaan hama dan penyakit yang intensif dilakukan oleh petani terutama untuk mencegah serangan hama lalat buah.[4]

C.                 CARA PANEN
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengan tali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik dengan harapan dapat cepat berbuah kembali
Periode panen :
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan agar buah dapat berkembang besar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah dapat dilakukan dua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan dicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudian dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akan berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai dll





ALAT DAN BAHAN
ALAT :
·         Mikroskop (Mikroskop Cahaya)
·         Spatel
·         Objek Glass
·         Deg Glass
·         Tisue
·         Pipet tetes
BAHAN :
·      Alkohol
·      Klorahidrat
·      Sampel Simplisia

OBJEK YANG DIAMATI
·        Daun jambu Biji (Psidium guajava L)












HASIL
1.             NAMA OBJEK PENGAMATAN : DAUN JAMBU BIJI

Nama Simplisia    : Psidi folium
Tanaman asal      : Psidium guajava L
Divisi                     : magnoliophyta
Sub divisi              : Spematophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                     : Myrtales
Famili                   :Myrtaceae
Genus                   : Psidium
Spesies                  : Psidium guajava L
Kandungan          : Flavonoid, polifenol, keraton, tanin
Khasiat                 : Anti infalamasi, anti mutagonik, anti mikroba dan analgetik


Makroskopis      : Daun tunggal bertangkai pendek, panjang 0,5-1 cm, helai daun berbentuk bundar agak melonjong, bulat memanjang, panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm
Mikroskopis       : Epidermis terdiri atas 1 lapisan sel pipa bentuk polgon, dinding anti klinal, bentuk tangan diagonal dan terdapat stomata.
Literatur             : Material medical indonesia (MMI)

      







Literatur gambar
Material Medical Indonesia (MMI) Hal 93










          Hasil Mikroskopis
Perbesaran 10x40


 











Mesofil Bagian Bawah 







 










Rambut Penutup


Slide1
 



                                                                         



      Epidermis Bawah dengan Stomata






DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V.VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dharmayanti, Luky. Linda Rahmayanti. 2013. PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 1. Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Al-Fatah. Bengkulu

























DAUN TEH (Camelia sinensis L)

  1. ASAL TUMBUHAN
Negeri Cina menjadi tempat lahirnya teh, disanalah pohon teh Cina (Camellia sinensis) ditemukan dan berasal. Tepatnya di provisnsi Yunnan, bagian barat daya Cina. Iklim wilayah itu tropis dan sub-tropis, dimana daerah tersebut memang secara keseluruhan adalah hutan jaman purba. Daerah demikian, yang hangat dan lembab menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh, bahkan ada teh liar yang berumur 2,700 tahun dan selebihnya tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia 800 tahun ditemukan ditempat ini.
Legenda menjadi bentuk dokumentasi yang paling tua, dimana diceritakan bahwa Shennong yang menjadi cikal bakal pertanian dan ramuan obat - obatan, juga yang menjadi penemu teh. Dikatakan dalam bukunya bahwa ia secara langsung mencoba banyak ramuan herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang dicoba. Hidupnya berakhir karena ia meminum ramuan yang beracun dan tidak sempat meminum teh pemunah racun menyebabkan organ dalam tubuhnya meradang.
Teh Cina pada awalnya memang digunakan untuk bahan obat – obatan (Abad ke-8 SM), itupun sudah berumur ribuan tahun riwayatnya. Orang – orang Cina pada waktu itu mengunyah teh (770 SM – 476 SM) mereka menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan sop.
Pada jaman pemerintahan dinasti Han (221 SM – 8 M), teh mulai diolah dengan pemrosesan yang terbilang sederhana, dibentuk membulat, dikeringkan dan disimpan, teh mulai dijadikan sebagai minuman, teh diseduh dan dikombinasikan dengan ramuan lain (misalnya : jahe) dan kebiasaan ini melekat kuat dengan kebudayaan masyarakat Cina. Lebih jauh lagi, teh kemudian digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Setelah jaman Dinasti Ming, banyak ragam jenis teh kemudian ditemukan dan ditambahkan, teh yang populer nantinya ini banyak dikembangkan di daerah Canton (Guangdong) dan Fukien (Fujian).
Konsumsi budaya Cina akan kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat.Pada tahun 800 M., Lu Yu menulis buku yang mendefiniskan tentang teh, dengan judul Ch'a Ching. Lu Yu adalah seorang anak yatim yang dibesarkan oleh cendekiawan Pendeta Budha di salah satu Biara terbaik di Cina. Sebagai seorang pemuda, diapun acap kali melawan disiplin pendidikan kependetaan yang kemudian membuatnya memiliki daya pengamatan yang baik, performasinya pun meningkat dari tahun ke tahun, meskipun demikian, ia merasa hidupnya hampa dan tidak bermakna.
Setelah setengah perjalan hidupnya, ia pensiun selama 5 tahun untuk mengasingkan diri. Dengan riwayat hidup dan perjalanan yang pernah disinggahinya, ia mengkondisikan beragam metode dalam bertanam dan mengelola teh jaman Cina Purba.
Perjalanan Teh ke Jepang
Ternyata Pengaruh Teh Cina menulari Jepang, konsumsi teh menyebar melalui kebudayaan Cina yang akhirnya menjangkau setiap aspek masyarakat. Bibit teh dibawa ke Jepang oleh seorang pendeta Budha bernama Yeisei yang melihat bahwa teh Cina mampu meningkatkan konsentrasi saat bermeditasi. Ia dikenal sebagai Bapak Teh di Jepang, karena asal muasal inilah, teh Jepang erat kaitannya dengan Zen Buddhism. Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat Jepang.
Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam Japanese Tea Ceremony (Cha-no-yu atau air panas untuk teh). Upacara ini membutuhkan latihan yang panjang, bahkan hingga bertahun – tahun. Performasi dari Cha-no-yu adalah menjungjung tinggi kesempurnaan, kesopanan, pesona dan keanggunan.
Perjalanan Teh ke Negeri Barat
Budaya mengkonsumsi teh yang sudah dilakukan di Cina dan Jepang ternyata menjadi buah bibir di Eropa. Kelompok kafilah bahkan mendengar bagaimana orang – orang mengkonsumsi teh, dan mendapatkan informasi yang samar, lucunya mereka mendengar bahwa teh di seduh, digarami, diberi mentega dan kemudian dimakan. Orang Eropa yang secara personal menemukan teh dan kemudian menulis tentangnya adalah Jesuit Father Jasper de Cruz pada tahun 1560.
Portugis menjalin hubungan dagang dengan Cina, mengembangkan jalur dagang dengan mengkapalkan teh ke Lisbon dan kemudian kapal – kapal Belanda berangkat ke Perancis, Negeri Belanda dan baltik, teh kemudian semakin populer ke belahan dunia barat.
Teh singgah di Eropa pada jaman Elizabeth I,dan kemudian tren dalam kerajaan Belanda. Teh menjadi minuman yang mahal pada waktu itu (lebih dari $100 per pound-nya), sehingga para pedagang teh mendapatkan kemakmuran darinya. Masyarakat Belanda sangat menggemari teh, dan konsumsi teh pun meningkat pesat, meskipun demikian banyak yang mempertanyakan manfaat teh,dan berbagai dampak negatif lainnya. Apapun itu, masyarakat pada umunya tidak lagi mempermasalahkan/terpengaruh dan kembali menikmati minuman teh ini. Teh menjadi bagian dari masyarakat di Eropa, dan ragam kombinasi konsumsi teh pun dicoba, seperti mencampurkan teh dengan susu. Pada masa itupun layanan teh disajikan pertama kali di restoran. Kedai minuman pun memberikan perkakas teh portabel lengkap disertai alat pemanasnya.
Teh pun sangat populer di Perancis, tetapi tidak berlangsung lama (kurang lebih lima belas tahun), dan kemudian digantikan popularitasnya dengan minuman yang memiliki daya tarik yang lebih kuat seperti anggur, kopi, dan cokelat.
Teh di Amerika dan Inggris
Pada tahun 1650, orang – orang Belanda sangat aktif dalam perdagangan sampai pada dunia Barat. Peter Stuyvesant yang membawa teh Cina ke Amerika pertama kali untuk koloninya (tempat itu kenal sebagai: New York sampai sekarang).
Teh pertmana kali tiba di Inggris sekitar tahun 1650-an, setelahnya teh menjadi minuman yang sangat populer bahkan dapat dikatakan sebagai minuman nasional masyarakat Inggris.
B.                 MONOGRAFI
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia[1]. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.[2]
Pengolahan teh dan pengelompokan
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.
Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.
Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
Teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk diet. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang. Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna coklat dianggap mengandung energi yang dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin agar seimbang.
RAMUAN TEH
Sebagian besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang membuat blend yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.
Teh melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembaban agar harum melati dapat menempel pada daun teh.
KOMPOSISI
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.[3]
TEH DALAM BERBAGAI BAHASA
Aksara hanzi untuk teh adalah , tapi diucapkan berbeda-beda dalam berbagai dialek bahasa Tionghoa. Penutur bahasa Hokkien asal Xiamen menyebutnya sebagai te, sedangkan penutur bahasa Kantonis di Guangzhou dan Hong Kong menyebutnya sebagai cha. Penutur dialek Wu di Shanghai dan sekitarnya menyebutnya sebagai zoo.
Bahasa yang menyebut "teh" mengikuti sebutan te menurut bahasa Hokkien: bahasa Afrikaans (tee), bahasa Armenia, bahasa Katalan (te), bahasa Denmark (te), bahasa Belanda (thee), bahasa Inggris (tea), bahasa Esperanto (teo), bahasa Estonia (tee), bahasa Faroe (te), bahasa Finlandia (tee), bahasa Perancis (thé), bahasa Frisia (tee), bahasa Galicia (), bahasa Jerman (Tee), bahasa Ibrani (תה, /te/ or /tei/), bahasa Hongaria (tea), bahasa Islandia (te), bahasa Irlandia (tae), bahasa Italia (), bahasa Latin (thea), bahasa Latvia (tēja), bahasa Melayu (teh), bahasa Norwegia (te), bahasa Polandia (herbata dari bahasa Latin herba thea), bahasa Gaelik-Skotlandia (, teatha), bahasa Sinhala, bahasa Spanyol (), bahasa Swedia (te), bahasa Tamil (thè), bahasa Wales (te), and bahasa Yiddish (טיי, /tei/).
Bahasa yang menyebut "teh" mengikuti sebutan cha atau chai: bahasa Albania (çaj), bahasa Arab (شَاي), bahasa Bengali (চা), bahasa Bosnia (čaj), bahasa Bulgaria (чай), bahasa Kapampangan (cha), bahasa Cebuano (tsa), bahasa Kroasia (čaj), Bahasa Ceko (čaj), bahasa Yunani (τσάι), bahasa Hindi (चाय), bahasa Inggris Britania (char, chai)*, bahasa Jepang (, ちゃ, cha), bahasa Korea (차), bahasa Makedonia (čaj), bahasa Malayalam, bahasa Nepal (chai), bahasa Persia (چاى), bahasa Punjabi (ਚਾਹ), bahasa Portugis (chá), bahasa Rumania (ceai), bahasa Rusia, (чай, chai), bahasa Serbia (чај), bahasa Slowakia (čaj), bahasa Slovenia (čaj), bahasa Swahili (chai), bahasa Tagalog (tsaa), bahasa Thai (ชา), bahasa Tibet (ja), bahasa Turki (çay), Bahasa Ukraina (чай), bahasa Urdu (چاى) dan bahasa Vietnam (trà atau chè).
* Sudah jarang dituturkan.
KEMASAN
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/80/Tea_bags.jpg/125px-Tea_bags.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.23wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png
Teh celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tetapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.
Teh saring
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk membuat teh dalam kuantitas banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh celup.
Teh seduh (daun teh)
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
Teh stik 
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
Teh instan 
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tetapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan, atau dicampur susu bubuk.



C.                CARA PANEN
Tanaman teh memasuki masa petik setelah berumur 3 tahun. Ada tiga bagian daun yang dipetik.
a.         Peko (Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif)
b.        Burung (Pusuk/tunas yang sedang istirahat)
c.         Kepel (Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh

Terdapat tiga macam petikan teh
a.        Petikan jendangan
Petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata.
b.         Petikan produksi
Dilakukan setelah petikan jendangan.

Cara pemetikannya sebagai berikut :
1.    Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.
2.    Tunas yang terlalu muda harus diambil
3.    Semua pucuk burung diambil
4.    Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.
c.    Petikan gandesan
Dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik. Periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim, dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan frekuensi 6-12 hari. Teh hijau jepang dipanen dengan frekuensi 55 hari sekali. Produksi teh mencapai 200 kg berat kering/tahun.
3.   Pascapanen
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 cm x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimum 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di los).
Pucuk teh yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan terdiri dari tangkai dan daun  muda. Kandungan utama yang terdapat pada pucuk teh adalah polifenol oxidase . Pucuk teh yang digunakan dalam pengolahan teh yang utuh, berwarna hijau dan segar.
Agar pucuk teh bermutu tinggi, perhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.  Jalur penanganan harus dipersingkat, artinya pemindahan pucuk dari satu wadah ke wadah yang lain seminal mungkin
b.  Jangan meninggalkan pucuk terlalu lama di kebun, angkat pucuk yang telah dipetik ke pabrik 2-3 hari
c.  Gunakan pengemasan yang kokoh, seperti bambu dan kontiner
d. Isilah wadah secara longgar dengan timbunan ideal 25 kg pucuk tiap meter persegi luasan dan tebal hamparan 30 cm
e. Berikan aerasi (udara) yang cukup
f. Usahakan pucuk secepatnya tiba di pabrik.






























ALAT DAN BAHAN

ALAT :
·         Mikroskop (Mikroskop Cahaya)
·         Spatel
·         Objek Glass
·         Deg Glass
·         Tisue
·         Pipet tetes
BAHAN :
·      Alkohol
·      Klorahidrat
·      Sampel Simplisia


OBJEK YANG DIAMATI
·      Daun Teh (Camelia sinensis L)









HASIL
2.    NAMA OBJEK PENGAMATAN : DAUN TEH
Nama Simplisia    : Theae folium
Tanaman asal      : Camelia sinensis L
Divisi                     : Spermatophyta
Sub divisi              : Angiospermae
Kelas                     : Dicotiledoneae
Ordo                     : Gulti cerales
Famili                   : Cameliaceae
Genus                   : Camelia
Spesies                  : Camelia sinensis L
Kandungan          : Flouride, asam amino, theanine, anti oksidan, queccetin
Khasiat                 : amsina (berfungsi sebagai pelebar bronkus), angina dektoris, penyakit                     raskuler perifet dan penyakit jantung koroner

Makroskopis       : daun tunggal berbentuk lonjong memanjang dengan pangkal daun runcing begerigi tungakai dan pendek panjang 0,2-0,4 cm, panjang daun 6,5-15 cm dan lebar 1,5-5 cm

Mikroskopis         : Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis terdiri dari 1 lapisan sel berbentuk 4 segi panjang, stomata hanya terdiri pada epidermis bawah

Literatur              : Material medical indonesia (MMI)






Literatur gambar
Material Medical indonesia (MMI) Hal 487











Hasil Mikroskopis
Perbesaran 10x40


 




                                                                                        



Rambut Penutup       



                                                                                        
                                                                                                    



                              Epidermis dengan mesofil bagian atas

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V.VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dharmayanti, Luky. Linda Rahmayanti. 2013. PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 1. Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Al-Fatah. Bengkulu

















DAUN KUMIS KUCING (Orthosipon aristatus)
Orthosiphon aristatus
A.        ASAL TUMBUHAN
Orthosiphon aristatus atau dikenal dengan nama kumis kucing termasuk tanaman dari famili Lamiaceae/Labiatae[1]. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai manfaat dan kegunaan yang cukup banyak dalam menanggulangi berbagai penyakit.[2]
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.
B.        MONOGRAFI
Orthosiphon aristatus atau dikenal dengan nama kumis kucing termasuk tanaman dari famili Lamiaceae/Labiatae[1]
CIRI-CIRI
Kumis kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter.[2] Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau gundul.[2] Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya,[2] ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm. urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang dengan panjang 7-29 cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm.[2]
NAMA DAERAH
Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).
DISTRIBUSI
Distribusi kumis kucing yaitu di [3]:
·       asia-Iklim subtropis
  1. Cina: Cina - Fujian, Guangxi, Hainan, Yunnan
  2. Asia Timur: Taiwan
·       asia-Iklim Tropis
  1. Indo-Cina: Kamboja; Laos; Myanmar; Thailand; Vietnam
  2. Malesia: Indonesia; Malaysia; Papua Nugini; Filipina
  • AUSTRALASIA: Australia: Australia - Queensland
KEGUNAAN SECARA EMPIRIS
Daun Kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai menanggulangi berbagai penyakit, Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis., reumatik dan menurunkan kadar glukosa darah.[2] Selain bersifat diuretik, kumis kucing juga digunakan sebagai antibakteri.[2]
Pertumbuhan
Iklim
  • 1) Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun.
  • 2) Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun.
  • 3) Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang.
Media Tanam
  • 1) Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk produksi sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan organik dengan tata air dan udara yang baik.
  • 2) Tanah Andosol dan Latosol sangat baik untuk budidaya kumis kucing.
Ketinggian
Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
Hama dan penyakit
Hama
Selama ini tidak ada hama atau penyakit yang benar-benar merusak tanaman kumis kucing. Hama yang sering ditemukan adalah kutu daun dan ulat daun.
Penyakit
Penyakit yang menyerang disebabkan oleh jamur upas (Upsia salmonicolor atau Corticium salmonicolor). Jamur ini menyerang batang atau cabang tanaman yang berkayu. Pengendalian dilakukan dengan perbaikan tata air, meningkatkan kebersihan kebun, memotong bagian yang sakit, pergiliran tanaman dan penyemprotan pestisida selektif.
Gulma
Gulma yang banyak tumbuh di lahan pertanaman kumis kucing cukup bervariasi dan kebanyakan dari jenis gulma kebun seperti rumput teki, lulangan, ageratum, alang-alang, dan rumput-rumput lainnya
Pengendalian hama/penyakit secara organic
Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian hama/penyakit secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara PHT (pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya system bercocok tanam secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan hama/penyakit. Untuk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dengan cara penyiangan seperti telah dijelaskan di atas. Namun demikian apabila diperlukan dapat diterapkan penyemprotan dengan insektisida maupun pestisida nabati. Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
  • Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
  • Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
  • Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
  • Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
  • Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
  • Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
C.        CARA PANEN
Panen Kumis Kucing Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul dan tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi.
Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10.
Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak Dengan pemeliharaan yang intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yang setara dengan 1-2 ton/ha daun kering.
ALAT DAN BAHAN

ALAT :
·         Mikroskop (Mikroskop Cahaya)
·         Spatel
·         Objek Glass
·         Deg Glass
·         Tisue
·         Pipet tetes
BAHAN :
·           Alkohol
·           Klorahidrat
·           Sampel Simplisia


OBJEK YANG DIAMATI
·                Daun Kumis Kucing (Orthosipon aristatus)












HASIL
  1. NAMA OBJEK PENGAMATAN : DAUN KUMIS KUCING

Nama Simplisia    : Orthosiphonis folium
Tanaman asal      : Orthosipon aristatus
Divisi                     : Magnoliophyta
Sub divisi              : Spermatophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                     : Lamiales
Famili                   : Lamiaceae
Genus                   : Orthosipon
Spesies                  : Orthosipon aristatus
Kandungan          : Glikosida orthosiponin, minyak atsiri, zat samak, kalium, sopofonim, saponin, mioinositol, sinansetin
Khasiat                 :  Memperlancar pengeluaran air kemih(diuretik), rematik, batuk, masuk angin, sakit pinggang, anti radang, radang ginjal, batu ginjal

Makroskopis       : Daun tunggal bertungkar berseliung berhadapan warna ungu rapuh, bentuk bundar, nelah ketupat memanjang ujung lancip atau tumpul, panjang 2-12 cm, lebar 1-8 cm, tungaki daun persegi warna agak ungu

Mikroskopis        : Epidermis atas sel berbentuk persegi empat terentang tangensia dinding antiklinal berbentuk kecuali pada sel sekitar rambut
                               Epidermis bawah sel kecil dinding antiklinal lebih berombak, stomata tipe diastik, terdapat dikedua permukaan, lebih banyak dipermukaan bawah

Literatur             : Material medical indonesia (MMI)



Literatur gambar
Material medical Indonesia (MMI) Hal 89











Hasil Mikroskopis
                                                      Perbesaran 10x40






                                                                                         




                                                             Mesofil                                               










IMG_9138
 











                                                epidermis atas





















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V.VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dharmayanti, Luky. Linda Rahmayanti. 2013. PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 1. Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Al-Fatah. Bengkulu






















DAUN UNGU (Graptophylin pictum griff)
G. pictum

A.      ASAL TUMBUHAN
Daun ungu (Graptophyllum pictum) atau biasa disebut juga daun wungu adalah tumbuhan obat dari Papua Nugini dan Polinesia yang kemudian menyebar ke Indonesia. Spesies ini memiliki nama daerah sebagai berikut: demung, tulak, wungu (Jw), daun temen-temen, handeuleum (Sd), karotong (Md), temen (Bl), kadi-kadi, kobi-kobi (Tn), dan daun putri (Am).[1]
Spesies ini aslinya berasal dari Papua Nugini dan Polinesia. Kemudian, diperkenalkan ke Indo-Cina, Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia.
B.       MONOGRAFI
Daun ungu adalah tumbuhan perdu[2] yang tegak. Tingginya adalah 1,5-8 m.[3] Batangnya termasuk batang berkayu, beruas, permukaannya licin dengan warna ungu kehijauan.[4] Daunnya tunggal, bertangkai pendek, bentuknya bulat,[2] pertulangannya menyirip, permukaan atasnya mengkilap, dan tepinya rata.[4] Bunganya majemuk, keluar di ujung batang, dengan rangkaian tandan yang berwaran keunguan dengan panjang 3-12 cm. Buahnya berbentuk kotak yang lonjong,[2] berwarna ungu kecoklatan. Bijinya bulat dan putih dan berkulit tebal.[2] Akarnya berjenis tunggal dan berwarna coklat muda.[4]
KEMAMPUAN DAN MANFAAT
Untuk pemakain luar, daun ungu dapat digunakan untuk melembutkan kulit, borok, bisul, dan bengkak karena terpukul.[2][3] Sementara untuk pemakaian dalam, daun ungu dapat mengobati batu ginjal, wasir, dan hepatitis.[2] Selain itu, tumbuhan ini dapat menurunkan gula darah. Spesies ini berpotensi sebagai anti-diabetes, dan lebih berkualitas lebih baik dibandingkan dengan metformin (obat standar anti-diabetes).[6] Namun, percobaan menunjukkan daun ungu menyebabkan kematian hewan yang dipercobakan, yakni tikus-albino swiss.[6] Sehingga diperlukan studi tentang toksisitas jangka panjang.[7]
Bagian daun ungu yang digunakan ata dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional adalah bagian daun, akar batang dan bunga daun ungu yang dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit berikut :
 1. Wasir dan sembelit
    rebus 10 g daun ungu segar, 15 g daun sendok segar, dengan 3 gelas  air hingga tersisa 2 gelas. Setelah dingin, saring dan minum  ramuannya siang hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.

2. Pendarahan
    Siapkan 1 genggam daun ungu dan pegagan atau rumput mutiras untuk pendarahan segar, 3 tanaman tempuh wiyang seutuhnya, 3 siung bawnag merah dan adas, 1.2 jari pulosari dan rimpang kunyit. Cuci bersih semua bahan-bahan yang telah disiapkan, kemudian potong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas Setelah dingin, saring dan minum ramuannya pagi dan sore hari masing-masing 1 gelas.
 

3. Bengkak karena terpukul dan melancarkan keputihan
    rebus 15 g [1]daun ungu segar atau kering dengan 4 gelas air hingga tersisa 3 gelas, setelah dingin, minum ramuannya 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Lakukan pengobatan ini hingga sembuh.
 
 4. Pengobatan wasir yang sampai berdarah
    Ambil 3 lembar daun ungu (daun hendeulum daun teman) dan 2 kerat kunyit Seduh dengan air panas sebanyak satu gelas untuk diminum pad malam hari dan buat malam haru satu gelas untuk diminum pagi hari. Disamping minum seduhan daun ungu, [2]wasir juga sebaiknya dikompres dengan urin dingin (beri es batu) agar pendarahan bisa cepat terhenti. Niscaya dalam beberapa hari pendarahan akan terhenti dan wasir sembuh.

5. Mempelancar Haid
    Rebus 3 sendok makan bunga daun ungu yang sudah dikeringkan dengan disaring. Minum 3 hari menjelang datang bulan (haid).

6. Bisul
    Siapkan 2 lembar daun ungu dan minyak kelapa secukupnya. Olesi daun ungu dengan minyak kelapa kemudian panggang di atas api. Tempelkan pada bagian yang sakit ([3]Bisul) dalam keadaan hangat-hangat.
C.  CARA PANEN
Pemanenan dilakukan setelah daun-daun membuka sempura, utamakan pada daun yang mendapat banyak sinar matahari sewaktu proses fotosintesis berlangsung maksimal. Dipotong pada tangkai dan hendaknya dilakukan secara manual










ALAT DAN BAHAN

ALAT :
·         Mikroskop (Mikroskop Cahaya)
·         Spatel
·         Objek Glass
·         Deg Glass
·         Tisue
·         Pipet tetes
BAHAN :
·           Alkohol
·           Klorahidrat
·           Sampel Simplisia

OBJEK YANG DIAMATI
·  Daun Ungu (Graptophylin pictum griff)









HASIL
4.      NAMA OBJEK PENGAMATAN : DAUN UNGU
Nama Simplisia    : Graptophylin pictum
Tanaman asal      : Graptophylin pictum griff
Divisi                     : Spermatophyta
Sub divisi              : Angiospermae
Kelas                     : Dicotylodonae
Ordo                     : Solonales
Famili                   : Acanthaceae
Genus                   : Graptophyllum
Spesies                  : Graptophyllum pictum griff
Kandungan         : olkosid, alkaloid, idnonsitik, steroid, tanin, saponin, asam formal, falvonoid, kalsium oksalat
Khasiat                 : Wasir atau ambien

Makroskopis       : Daun tunggal helaiana daun hijau keunguan sampai hijau kehitaman, bentuk jorong panjang 8-20 cm, lebar 3-13 cm, ujung daun lancip, daun agak berombak

Mikroskopis        : Pada penampang melintang melalui tulang dan tanpa epidermis atas terdiri dari lapisan sel berbentuk segi empat persegi panjang.

Literatur              : Material medical indonesia (MMI)








Literatur gambar
MMI














Hasil Mikroskopis
                                                            Perbesaran 10x40












                                                                  Litosis                        






602395_2499066653703_185058992_n
 











                            
                             Kolenkim tulang daun terhelai membujur




















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V.VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dharmayanti, Luky. Linda Rahmayanti. 2013. PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 1. Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Al-Fatah. Bengkulu

























DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius roxb)
Pandan wangi
A.        ASAL TUMBUHAN
Pandan wangi (atau biasa disebut pandan saja) adalah jenis tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae yang memiliki daun beraroma wangi yang khas. Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
B.        MONOGRAFI
Tumbuhan ini mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Akarnya besar dan memiliki akar tunjang yang menopang tumbuhan ini bila telah cukup besar. Daunnya memanjang seperti daun palem dan tersusun secara roset yang rapat, panjangnya dapat mencapai 60cm. Beberapa varietas memiliki tepi daun yang bergerigi.
KEGUNAAN
Daun tumbuhan merupakan komponen cukup penting dalam tradisi boga Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sebagai pewangi makanan karena aroma yang dihasilkannya. Daun pandan biasa dipakai dalam pembuatan kue atau masakan lain seperti kolak dan bubur kacang hijau. Sewaktu menanak nasi, daun pandan juga kerap diletakkan di sela-sela nasi dengan maksud supaya nasi menjadi beraroma harum.
Aroma harum yang khas ini terasa kuat ketika daunnya masih cukup segar atau agak kering. Selain sebagai pengharum kue, daun pandan juga dipakai sebagai sumber warna hijau bagi makanan (selain daun suji), sebagai komponen hiasan penyajian makanan, dan juga sebagai bagian dalam rangkaian bunga di pesta perkawinan (dironce) untuk mengharumkan ruangan.
Daun pandan banyak sekali digunakan terutama dalam membuat kue-kue tradisional Indonesia atau asia
KHASIAT
1.  Menghilangkan ketombe
caranya yaitu dengan menumbuk daun pandan sampai halus, kemudian peras dan saring sehingga didapatkan air pandan yang wangi. kemudian oleskan ke seluruh bagian rambut yang memiliki ketombe dan ulangi secara berkala sampai ketombe menjadi hilang
2.  Menghitamkan rambut
caranya ambil daun pandan sebanyak 10 lembar, kemudian potong-potong sepanjang 2-3 cm, lalu rebus dengan air putih sebanyak 2 gelas, sehingga dihasilkan air rebusan menjadi 1 gelas. Kemudian diamkan selama satu malam (diembunkan).
ambil 3 buah mengkudu masak, kemudian parut sehingga menghasilkan air perasan. Setelah itu campurkan air perasan mengkudu tadi dengan air pandan dan pakailah layaknya sampo pada rambut anda secara merata, kemudian bilas sampai bersih dengan air putih.dan dilakukan seminggu 3-4 kali
3.  Menurunkan Darah Tinggi
caranya adalah dengan merebus daun pandan dengan air putih 2 gelas hingga didapatkan sisa 1gelas air saja,
Setelah itu minum pada pagi hari dan sore hari, sehingga darah tinggi anda normal.
4. sebagai penenang bagi yang lagi galau ataupun gelisah
Ambilah 3 lembar daun pandan,cuci bersih. kemudian seduh dengan segelas air panas dan tambahkan madu jika perlu,setelah itu minum selagi masih hangat.
5.  Rematik dan pegal linu
ambilah 3 lembar daun panda terus iris-iris tipis, kemudian campurkan dengan setengah gelas minyak kelapa panas(diseduh) dan aduk-aduk sampai daun pandan menjadi layu, setelah itu dinginkan.
Kemudian campurkan ramuan tadi dengan minyak kayu putih dan oleskan terhadap bagian yang terkena rematik ataupun pegal linu
6.  Penambah Nafsu makan
caranya ambilah daun pandan sebanyak 2 lembar kemudian rebus dengan air putih 2 gelas sampai menyisakan 1 gelas, setelah itu minum pada pagi dan sore hari. Jika perlu campurkan dengan madu sebagai penambah rasa manis.
C.    CARA PANEN
Pemanenan dilakukan pada daun yang sudah tua yang terletak pada bagian bawah. Daun yang tidak layak untuk dianyam juga ikut dipanen dengan tujuan untuk membersihkan rumpun pandan, sehingga pada panen berikutnya menghasilkan daun pandan yang berkualitas baik. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian bawah daun memakai pisau. Cara ini masih dianggap efektif dan efisien, karena pemanenan bersifat selektif hanya untuk daun yang sudah tua. Daun pandan yang sudah dipanen, langsung dipisahkan sesuai ukuran untuk memudahkan dalam penyortiran. Penyortiran perlu dilakukan karena produk anyaman ditentukan oleh ukuran panjang daun pandan

Pembuangan duri dan pembelahan daun pandan :
Pembuangan duri perlu dilakukan secara hati-hati karena duri daun pandan cukup tajam. Pembuangan duri dilakukan untuk memudahkan proses penganyaman. Pembelahan dilakukan hampir seragam 0.5-0.7 cm karena produk anyaman yang akan dihasilkan berupa sumpit dan tikar memerlukan ukuran daun yang seragam. Pembelahan dilakukan sebaiknya pada saat daun masih segar untuk memudahkan pengerjaan dan menjaga kualitas daun

ALAT DAN BAHAN

ALAT :
·         Mikroskop (Mikroskop Cahaya)
·         Spatel
·         Objek Glass
·         Deg Glass
·         Tisue
·         Pipet tetes
BAHAN :
·           Alkohol
·           Klorahidrat
·           Sampel Simplisia

OBJEK YANG DIAMATI
·                Daun pandan (Pandanus amaryllifolius roxb)









HASIL
5.      NAMA OBJEK PENGAMATAN : DAUN PANDAN

Nama Simplisia    : Pandanis folium
Tanaman asal      : Pandanus amaryllifolius roxb
Divisi                     : Magnoliophyta
Sub divisi              : Spermatopyhta
Kelas                     : Liliopsida
Ordo                     : Pandanale
Famili                   : Pandanaceae
Genus                   : Pandanus
Spesies                  : Pandanus amaryllifolius roxb
Kandungan          : Minyak menguap
Khasiat                 : Bahan pewangi

Makroskopis       : Helaian daun tunggal, liat umumnya tidak utuh warna hijau tua bentuk garis, ujung daun lancip, pinggir daun sedikit berduri kecil, tidak bertangkai, tulang daun sejajar, serbuk berwarna hijau muda, frogmen pengenal adalah epidermis atas, epidermis bawah, berkas pembuluh dengan hablur kalsium oksalat

Mikroskopis          : Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis       terdiri lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis, sedikit stomata epidermis bawah

Literatur              : Material medical indonesia (MMI)






Literatur gambar
Material Medical Indonesia (MMI) Hal 382










      
       Hasil Mikroskopis
                                                            Perbesaran 10x40







                                   


                                                

                                                            Epidermis bawah     









 



                                                                                               







Epidermis atas




rheum_KOH
 










Rambut penutup








DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V.VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Dharmayanti, Luky. Linda Rahmayanti. 2013. PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 1. Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Al-Fatah. Bengkulu
http://jordymanurung.blogspot.com/2013_04_01_archive.html









Tidak ada komentar:

Posting Komentar